UEA Tunjuk Raja Minyak Jadi Ketua COP28 Aktivis Lingkungan Cemas

Uni Emirat Arab atau UEA menunjuk raja minyak Sultan al-Jaber pimpin KTT cuaca COP28 tahun ini. Pemilihan itu memacu kekuatiran beberapa aktivis lingkungan karena industri besar akan secara mudah bajak respon global pada kritis lingkungan.
Teaser Pertama Dear David Shenina Cinnamon Mulai Narasi Fantasinya
Sultan al-Jaber, kepala Perusahaan Minyak Nasional Abu Dhabi yang menteri industri dan tehnologi UEA, akan menolong membuat jadwal pertemuan dan perundingan antara pemerintahan untuk membuat kesepakatan, kata kantornya dalam sebuah pengakuan.
UEA, pengekspor minyak khusus OPEC, sebagai negara Arab ke-2 sebagai tuan-rumah pertemuan cuaca sesudah Mesir pada 2022.
Juru kampanye dan beberapa delegasi mengomentari COP27 Mesir, dengan menjelaskan produsen bahan bakar fosil sudah kurangi tekad pengurangan emisi dan mendapatkan faedah dari tindakan simpatik dari Mesir, pengekspor gas alam dan kerap terima dana Teluk. Tetapi ini dibantah oleh Mesir.
Global Witness menyebutkan pemilihan Jaber sebagai “pukulan keras” untuk menyapih dunia berbahan bakar fosil.
“Seperti KTT tahun kemarin, kami makin menyaksikan kebutuhan bahan bakar fosil mengontrol proses dan membuatnya untuk penuhi keperluan mereka sendiri,” kata Teresa Anderson, ketua ActionAid, dalam sebuah pengakuan.
Lebih dari 600 pelobi bahan bakar fosil datang pada perbincangan cuaca di Sharm el-Sheikh, Mesir, tahun kemarin.
“Tempatkan seorang CEO minyak yang bertanggungjawab atas perundingan COP28 terang sebagai perselisihan kebutuhan,” kata Lisa Schipper, seorang pakar geografi lingkungan yang memegang sebagai penulis khusus laporan Panel Antarpemerintah mengenai Peralihan Cuaca PBB tahun kemarin.
Tetapi, sebagai CEO pendiri perusahaan energi terbarukan Abu Dhabi Masdar, di mana ADNOC mempunyai 24% saham, Jaber memang mempunyai kredensial hijau, sesudah memantau mandatnya untuk adopsi energi terbarukan di UEA.
Ia memantau pemercepatan taktik perkembangan rendah karbon ADNOC yang disepakati tahun akhir kemarin.
UEA dan produsen Teluk yang lain mengatakan peralihan yang realitas di mana hidrokarbon tetap berperanan dalam keamanan energi sekalian membuat loyalitas untuk dekarbonisasi.
Tuntutan untuk pemerintahan dan perusahaan untuk biarkan minyak dan gas dalam tanah makin sedikit semenjak agresi Rusia ke Ukraina tahun kemarin dan kritis energi Eropa.
UEA, negara pertama di teritori yang meratifikasi Kesepakatan Paris, sudah memiliki komitmen untuk capai emisi 0 bersih di tahun 2050.
Pertemuan COP28 yang diadakan pada 30 November-12 Desember bisa menjadi pendataan global pertama semenjak Kesepakatan Paris yang perlu pada 2015.
Jaber, yang berdasar pengakuan itu bisa menjadi CEO pertama kali yang memegang sebagai presiden COP, menjelaskan UEA akan bawa “pendekatan pragmatis, realitas, dan fokus jalan keluar”.
“Kami akan ambil pendekatan inklusif yang mengikutsertakan semua penopang kebutuhan,” ucapnya..
Kepala peraturan cuaca Uni Eropa Frans Timmermans menjelaskan ia akan berjumpa Jaber minggu ini. “Sebagai Presiden kedepan, UEA mempunyai peranan penting dalam membuat tanggapan global pada kritis cuaca,” ucapnya di Twitter, dan menambah “kita perlu percepat”.